Asal Usul Watu Ulo | Cerita Rakyat Jawa Timur

Asal Usul Watu Ulo | Cerita Rakyat Jawa Timur
Asal Usul Watu Ulo | Cerita Rakyat Jawa Timur

Asal Usul Watu Ulo | Cerita Rakyat Jawa Timur

BREBES.NET – Asal Usul Watu Ulo Dahulu kala saat terjadi peperangan di Banyuwangi, banyak rakyat yang menjadi korban, rumah dan ladang warga di bakar habis oleh prajurit yang menyerang hingga tak bersisa. Saat terjadi kekacauan itu ada satu orang yang selamat, anak itu memilih kabur menyelamatkan diri masuk ke dalam hutan, Dia terus berlari dari kejaran pasukan yang telah menghancurkan desanya.

Berhari hari dia terus berlari tanpa arah melewati hutan, sungai, bahkan tebing-tebing curam. Hingga akhirnya sampailah dia di tengah hutan. Dengan terengah-engah serta kondisi badan penuh luka dan rasa lelah luar biasa Dia pasrah dengan keadaannya jika masih ada pasukan yang mengejar untuk menangkapnya. “ Cepatlah Ni ?” “ Sebentar Ki, ! aku sedang mencari sabit, aku lupa menaruhnya dimana !” “ Pantaslah kau lupa, kau sudah tak muda lagi.

Kenapa kau mencari sabit ? Sabitnya sedang ku pegang ini !” “ Ohh Aki… Kenapa tak bilang sedari tadi ! Kalau begitu mari kita berangkat. “ Dengan tergopoh-gopoh anak kecil itu memilih untuk beristirahat di bawah pohon paling besar di hutan. Tak berselang beberapa lama ada sepasang suami istri yang sedang mencari kayu bakar.

Mereka bernama Aki Sambi dan istrinya bernama Nini Sambi. Walaupun sudah lama dalam biduk rumah tangga, pasangan ini belum juga dikaruniai buah hati. Saat sedang asyik memungut kayu kering. “ Ni… Nini…Ni…! “ Coba… Coba perhatikan disana ! Aku tak salah melihatnya kan ?” “Hmmm.. Mata kita ini sudah lama dipakai Ki. Rasanya aku juga melihatnya.

Apa yang Aki lihat ? Bukankah itu !” “ Iya benar Ni ! ayo coba kita dekati untuk memastikan !” Aki Nini berjalan mendekati anak kecil yang tengah tertidur itu. “Iya Ki, ini anak manusia !” “ Nak…..Nak….Nak ! Bangunlah…..Nak !” “ Hah Siapa kalian ? Apa maumu? Jangan sakiti aku !” “ Tenanglah nak ! Kami hanya orang yang sedang mencari kayu bakar di tempat ini, kami tak akan menyakitimu !” Sejenak anak itu mengamati pasangan suami istri tersebut. “ Benarkah itu ? Kalian tidak akan menangkapku kan ?“ “ Tentu tidak, bagaimana kamu bisa tidur di tempat seperti ini.

Siapa namamu ? Dari pakaianmu, kau bukan penduduk sekitar sini ? “ “Hah… Aki…Aki… ! Anak itu sedang kehausan. Biarkan dia minum terlebih dahulu.” “ Minumlah air ini nak !. “ Perlahan anak itu mau mendekat dan meminum air pemberian dari Nini sambi ” Siapa namamu dan dari mana asalmu ?” “ Aku… Aku…. Aku…. Joko Mursodo, aku berasal dari negeri sebrang. “ “ Kenapa kamu bisa berada di tempat ini ? “ “ Tempat tinggalku telah hancur akibat perang dan aku pergi melarikan diri karena dikejar oleh para prajurit kerajaan. “ “ Baiklah, ikutlah dengan kami nak ! Tinggallah bersama kami. Tempat ini tak aman jika malam hari. Sembari menyembuhkan luka-lukamu itu. “ Diajaklah pulang Joko Mursodo bersama Aki Nini Sambi.

Sejak saat itulah Joko Mursodo tinggal bersama dan di angkat menjadi anak oleh Aki Nini Sambi. Setiap hari Joko mursodo selalu membantu kedua orang tua angkatnya, Aki Ninipun memperlakukan Joko Mursodo layaknya seperti anak kandungnya. “Mursodo, ikut denganku ! Ada yang ingin aku tunjukkan padamu” “Kita mau kemana ? ” “Sudah ikut saja !” Aki Sambi mengajak Joko Mursodo kesebuah tempat ditengah hutan.

Mursodo penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan Aki Sambi kepada dirinya. “Kita akan berlatih ilmu kanuragan dan bela diri disini. Aku akan mengajarimu semua ilmu yang aku punya !” “ Hah.. Ayah bisa bela diri? Aku tak pernah tau itu ayah ? ” “ Hahahaha…! Tua-tua begini aku masih bisa memutari Gunung ini Joko Mursodo Ha..ha..ha.” Gunung ini bisa kuputari seribu kali dalam satu malam.” “Benarkah ayah ?” “Hah, sudah sudah,sudah lupakan ! Bukan itu yang ingin aku bicarakan. Satu tahun belakang ini aku selalu memperhatikanmu.

Aku sangat yakin kalau kau ini bukan anak sembarangan. Tapi sayangnya tubuhmu ini masih cukup lemah untuk menampung kekuatan yang besar.” Joko Mursodo merasakan ada yang berbeda dalam tubuhnya. “Ada apa dengan tubuhku ayah ?” “Sudahlah, Jangan banyak bertanya. Ikuti saja semua yang akan aku ajarkan padamu nanti.” Aki Sambi mengajarkan semua Ilmu Kanuragan yang dia pelajari kepada Joko Mursodo.

Berjalannya waktu Joko Mursodo tumbuh menjadi pria gagah perkasa dan ahli dalam ilmu kanuragan dan ilmu beladiri. “Waktu sungguh berjalan sangat cepat. Kau sekarang sudah sangat dewasa Mursodo. Semua ilmu ayahmu ini sudah turun kepadamu. Suatu saat nanti kau boleh tinggalkan kami untuk mencari guru lain atau memperdalam ilmu kanuragan.” “Tidak ayah. Aku akan disini untuk menjaga ibu dan ayah. Lagi pula kalian berdua sudah mulai sakit-sakitan. Aku ingin merawat kalian berdua.” “ Hahaha.. Aku ini meremehkan orang yang bernama Aki Sambi. Aku masih mampu melawan harimau ditengah hutan sendirian hanya dengan tangan kos…uhuk huk huk huk… hanya dengan tangan kosong..” “Sudahlah ayah beristirahatlah. Jangan terlalu memaksakan diri.” “ Huhh.. Mursodo, ingatlah pesanku ini.

Jangan pernah kau gunakan ilmu yang aku ajarkan untuk menindas kaum yang lemah. Kau tak perlu menunjukkan kekuatanmu itu kepada orang-orang jika hanya untuk pamer. Lindungi dan bantulah orang-orang yang memang membutuhkan bantuanmu.” “Iya ayah. Aku akan selalu mengingatnya.” Sementara itu di pesisir laut selatan, “ Huffttttt dari tadi pagi tak ada satupun yang tersangkut di jaring, kemanakah perginya semua ikan. Sudah beberapa bulan ini para nelayan tak dapat satu ikan pun? Mau makan apa kami ? Apa harus ku ganjal dengan batu perut istri dan anakku. “ Ketika sedang menarik jala terlihat bayangan hitam besar.

Serta gemuruh dari dalam air. Muncul makhluk raksasa di hadapan nelayan itu. “ Ha….Ha….Apa itu ? Dilam lautan hiduplah naga raksasa nan ganas bernama Nogo Rojo. Dia penguasa di peraiaran itu. Sang Naga memiliki kegemaran memakan ikan. Kini ketika ikan dilautan mulai berkurang, Nogo Rojo mulai memangsa para nelayan yang sedang mencari ikan. Tak sedikit korban berjatuhan karena keganasan ular naga raksasa Nogo Rojo. Hal ini membuat orang-orang takut untuk mendekati tempat itu.

Suatu hari Joko Mursodo memutuskan untuk memancing di laut. Selama ini dia hanya memancing di sungai dekat rumah Aki Sambi. Tanpa sepengetahuannya, dia pergi ke tempat Nogo Rojo berada. Sesampainya di tempat itu di lemparkan umpan yang telah dipersiapkan dari rumah. Dengan sabar dia menunggu umpannya di makan ikan.

Namun dari pagi hingga tengah hari tak ada satu ikan pun didapat. Karena sudah bosan menungu hingga siang hari dan tak ada hasil, akhirnya Joko Mursodo memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat di perjalanan pulang dia tak sengaja bertemu dengan seorang warga. “ Mursodo ! “ Mursodo ! Dari mana kau ? Kulihat kau membawa pancing di tanganmu ? “ “ Iya aku baru saja memancing di laut, namun tak ada satu ekor pun yang berhasil aku tangkap. “ “ Lah… Mungkin kau salah umpan !”

“ Tak mungkinlah. Kau tau sendiri, aku ini sangat ahli dalam hal menangkap ikan. “ “ Betul juga sih. Eh ……..tunggu..tunggu! Kau tadi bilang memancing di laut? “ “ Iya di laut !” “ Apa kau memancing di pesisir pantai itu ?” “ Ya, Seharusnya di tempat itu banyak ikannya kan ?” “ Kau salah Mursodo, apa kau tak tahu tempat itu sangat berbahaya ! Telah banyak yang jadi korban ! Tempat itu adalah sarang naga raksasa Nogo Rojo.

Konon dialah yang menghabiskan ikan-ikan di lautan selama ini. “ “ Ah…… Tak mungkin, baru kali ini aku mendengarnya. Beberapa bulan ini aku memang tak pergi jauh dari rumah, karena merawat dan membantu Aki Nini Sambi. “ “ Saranku lebih baik kau jangan pernah menginjakkan kaki di tempat itu lagi kalau kau sayang dengan nyawamu. “ “ Ah.. Aku yakin di tempat itu masih ada ikan. Tenang aku akan baik-baik saja.” Tak meyerah begitu saja, keesokan harinya Joko Mursoso tetap pergi memancing dengan membawa umpan seekor kambing. dengan harapan mendapatkan hasil melimpah dengan umpan yang besar.

Dilemparkannya umpan itu ke laut, dengan sabar Joko Mursodo menunggu umpannya dimakan. Tiba-tiba tali pancing Joko Mursodo tegang serta joran pacing melengkung tajam. Pertanda umpannya di makan ikan besar. Dengan semangat Joko Mursodo menarik pancingnya. Dan benar saja, muncul ikan dengan ukuran yang begitu besar.

Joko Mursodo senang bukan kepalang. “Hahaha…Akhirnya usahaku tak sia-sia. Sudah kuduga kalau masih ada ikan ditempat ini” “ Tolong…. Tolong… Tolong… Tolong “ Joko Mursodo terdiam mendengar ada seorang yang meminta tolong. “ Tolong tolong jangan tangkap aku ….” Dia pun mendekati ikan yang baru saja dia dapatkan, dan terkejut. “ Hah ikan bisa berbicara ! Ternyata kau dari tadi yang meminta tolong !” “ Betul tuan, jangan tangkap saya tuan… Lepaskan saya tuan. “ “ Siapa namamu ? Dan kenapa aku harus melepaskanmu ? “ “ Saya Raja Mina, raja dari semua ikan di laut.

Akan tetapi semua ikan telah habis di mangsa oleh Nogo Rojo, Saya adalah ikan terakhir di laut ini tuan. Jadi saya mohon tuan lepaskan saya. “ “ Hei untuk mendapatkanmu saja aku sangat kesulitan. Tentu aku tak akan melepaskanmu. “ “ Tuan tolonglah lepaskan saya !” “ Tidak ! “ “ Kumohon Tuan, jika tuan mau melepaskan saya, saya akan memberikan sisik kepada tuan. “ “ Sisik ? Untuk apa ? Sisik tak bisa mengganjal perutku ? “ “ Sisik itu akan merubah menjadi emas. Bawalah emas itu sebagai gantinya. “ Raja Mina pun melepaskan sisiknya, sisik yang jatuh itupun dengan ajaib berubah menjadi kepingan emas. Joko Mursodo berfikir sejenak. Dan mengambil emas itu. “ Baiklah aku akan melepaskanmu.

Lain kali berhati-hatilah jika ada orang yang mau memancingmu. Lain kali berhati-hatilah jika ada orang yang mau memancingmu. Maaf jika kail ini sedikit melukaimu “ “ Terima kasih banyak tuan. Aku akan ingat pesan tuan. Sekali lagi terimakasih telah membiarkankan hidup. “ Ikan besar itu pun melompat terjun kelautan. Tak lama ikan itu berenang Rojo Nogo muncul dan melahap Raja Mina dari dalam air.

Joko Mursodo terdiam melihat kejadian barusan. “ Hei…. Kenapa kau memakan ikan itu ..! “ Mata Rojo Nogo melihat ke Arah Joko Mursodo, dengan tatapan tajam seolah Joko Mursodo adalah mangsa selanjutnya. Sebaliknya Joko Mursodo tak merasa takut sedikitpun melihat ular naga raksasa dihadapannya. Dia sangat geram dengan apa yang di lakukan Nogo Rojo. Dengan tangan mengepal Joko Mursodo terbang ke arah Nogo Rojo. Pertarunganpun dimulai.

Dengan bekal ilmu yang telah di peroleh dari Aki Sambi Joko Mursodo lebih unggul dari naga ganas Nogo Rojo. Hingga sang naga kini telah terpojok dan kelelahan. Melihat ada kesempatan, Joko Mursodo menyabet tubuh Sang Naga dengan joran pancingnya. Tubuh Nogo Rojo terbelah menjadi tiga bagian.

Kepala sang Naga di tendang dengan sekuat tenaga oleh Joko Mursodo dan terlempar hingga ke Gradjagan Banyuwangi. Bagian ekor Nogo Rojo tak luput dari tendangan Joko Mursodo dan terlempar hingga ke Pacitan. Sedangkan tubuh Nogo Rojo dibiarkan di tempat itu. Badan Nogo Rojo yang berada di pinggir pantai lama kelamaan berubah menjadi batu. Dan orang-orang menyebut tempat itu, dengan nama Watu Ulo.