Legenda Putri Mandalika | Cerita Rakyat Lombok
BREBES.NET – Legenda Putri Mandalika Alkisah dahulu kala di negeri Tonjeng Beru berdirilah sebuah kerajaan bernama kerajaan Sekar Kuning yang terletak di tepi pantai menghadap Samudra Hindia. Sang Raja bernama Raden Pandji Kusuma atau biasa dikenal dengan sebutan raja Tonjeng Beru.
Dia memiliki istri bernama Dewi Seranting. Keduanya memerintah dengan bijaksana hingga rakyatnya pun hidup makmur dan sejahtera. Kebahagiaan keluarga istana dan seluruh rakyat bertambah setelah permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan berparas cantik jelita yang diberi nama Mandalika.
Putri Mandalika tumbuh menjadi gadis santun, rendah hati dan sangat menyayangi rakyatnya. Dia rela membantu warga dengan tangannya sendiri, tanpa memikirkan jika dirinya adalah seorang ningrat. “ Terimakasih putri Mandalika.” “ Iya adik kecil, sama-sama. ” “ Wah cantiknya putri Mandalika, aku yakin putri Mandalika adalah putri yang terbaik !” “ Terimakasih adik kecil, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk rakyatku” “ Aku ingin menjadi putri seperti tuan putri ketika aku besar nanti.”
“ Itu ide yang bagus. Tapi yang terpenting adalah kamu menjadi orang yang baik hati dan penyayang, seperti kamu sekarang.” “ Aku akan berusaha menjadi orang yang baik, tuan putri” “ Aku yakin kamu akan menjadi orang yang luar biasa.” “Terimakasih tuan putri. Aku senang bertemu denganmu” “ Aku juga senang bertemu denganmu” Tak heran, Putri Mandalika sangat dicintai dan selalu di banggakan oleh rakyatnya.
Cerita itu terdengar hingga keluar daerah, hal ini membuat banyak pangeran dari kerajaan lain tertarik untuk memperistri Putri Mandalika. “ Selamat datang pangeran, di istana Sekar Kuning, Sungguh senang sekali saya kedatangan tamu yang berasal dari negeri nan jauh. “ “ Salam hormat Baginda raja Tonjeng Beru, Jarak jauh tak menghalangi hamba untuk bertemu baginda. Dan terima kasih banyak atas sambutan hangatnya. “ “ Baiklah pangeran, kalau boleh tau apa tujuan pangeran berkunjung ke negeri kami ? “ “ Maafkan hamba yang mulia. Selama ini hamba telah mendengar kabar tentang Putri Mandalika. Bukan hanya sekedar cantik, akan tetapi juga memiliki budi pekerti yang sangat luhur.
“ Iya, lalu ? “ “ Tujuan dari kedatangan hamba adalah untuk melamar Putri Mandalika jika yang mulia berkenan. Hamba bermaksud menjadikan Putri Mandalika sebagai permaisuri. “ “ Sebagai seorang ayah aku sangat tersanjung jika Mandalika menjadi permaisuri.
Akan tetapi untuk masalah ini, aku akan membicarakannya dengan Mandalika terlebih dahulu. “ “ Baik, terimakasih baginda telah bersedia mempertimbangkan lamaran hamba. “ “ Untuk sementara waktu, pangeran bisa beristirahat terlebih dahulu, di istana khusus tamu kerajaan. “ Di lain hari. “ Yang mulia, tujuan hamba kemari adalah untuk melamar putri Mandalika . “ “ Maaf yang mulia, maksud kedatangan hamba. “ Ternyata tak hanya satu pangeran yang melamar putri Mandalika.
Belasan pangeran datang dari berbagai negeri dengan tujuan yang sama, yaitu meminang putri Mandalika. Mereka tampan, terpelajar dan berkharisma. Tak lupa para pangeran juga membawa hantaran emas, kain sutra dan makanan khas daerah masing-masing untuk memenangkan hati Putri Mandalika.
Tumpukan hantaran sampai menggunung di dalam kamar Sang Putri. Bukan merasa senang, semua benda-benda indah itu justru menjadi beban untuk Putri Mandalika. Karena banyaknya pelamar yang datang, Raja Tonjeng Beru mengadakan rapat dengan permaisuri dan putrinya. “ Putriku, tentu kau sudah tahu, saat ini banyak pangeran yang datang dari berbagai negeri dan sekarang berada di istana kita. Ini bukanlah hal yang wajar. ” “ Iya ayahanda, tentu saya sudah mendengarnya ! Lantas apa tujuan mereka berkunjung kemari ?” “ Mereka kemari untuk melamarmu putriku ! Akan tetapi aku tak bisa memilih pangeran mana yang akan diterima.
Keputusan ini akan aku serahkan kepadamu. “ “ Mandalika, ibu dan ayah akan merestui siapapun pangeran yang kau pilih ! Ibu hanya bisa mendoakan, semoga engkau memilih suami yang tepat. “ “ Baik ibu, aku belum bisa memberikan jawaban apapun. Karena aku belum tahu siapa saja mereka. Nanti malam akan kucoba lihat saat mereka berkumpul. “ “ Ya sudah jika itu maumu. “ Sambil menunggu jawaban Putri Mandalika, semua pangeran yang telah datang berada di istana khusus tamu.
Para pangeran tak sabar menunggu. “ Putri Mandalika pasti akan memilihku, ayahku seorang raja besar yang menguasai wilayah utara !” “ Oh… Tak mungkin, tak mungkin ! akulah satu-satunya putra mahkota kerajaan timur yang terkenal dengan hasil pangan melimpah. Tentu putri akan memilihku. Jangan lupa, aku memiliki armada laut yang kuat. “ “ Hei hei hei… tak semudah itu, ayahku penguasa sebelah barat, kalian itu tak ada apa-apanya. Hartaku melimpah, semua rakyatku makmur. Putri pasti memilihku. “ Sang putri yang sedari tadi telah mengamati, terkejut melihat sikap sombong dan kekanak-kanakan para pangeran yang sedang memuji diri sendiri dan merendahkan kerajaan lain.
Semakin lama obrolan mereka semakin kejam. “ Jika sampai kau yang terpilih sudah kupastikan pasukanku akan menyerang kerajaanmu. “ “ Kau pikir aku takut menghadapimu ? Pasukanku memiliki persenjataan yang lebih lengkap ! Sungguh hal yang mudah untuk meratakan kerajaanmu itu. “ “ Jika aku tak terpilih maka aku bersumpah, semua armada perang ayahku akan meluluh lantahkan negeri ini.
Akan ku bumi hanguskan hingga tak tersisa. Hahaha… “ “ Jika kau sampai berani mengusik putri Mandalika, langkahi dulu mayatku !” “ Kalian berdua sudahlah. Aku yang pasti terpilih, jadi kalian tak perlu buang-buang tenaga dan waktu.“ Kecewa dengan apa yang disaksikannya, Putri Mandalika kembali ke kamarnya sambil menitikan air mata.
Kini Putri Mandalika tak hanya bingung, dia takut salah mengambil keputusan. Kenyataannya semua lamaran itu tak hanya soal dirinya. Akan tetapi juga tentang peperangan yang bisa membuat seluruh rakyat menderita. Sang Putri akhirnya berunding kembali dengan ayah ibunya. Raja dan Ratu pun merasakan hal yang sama dengan Putri Mandalika.
Mereka juga kebingungan. Hingga sang ayah menyarankan Putri Mandalika pergi meminta petunjuk pada Sang Maha Pencipta. Jawaban apapun yang di dapatkan, Raja dan Ratu akan menerima dan mendukungnya. Berangkatlah Sang Putri menuju tebing Pantai Seger untuk bersemedi. ” Hah… Itukan !” Setelah 3 hari bersemedi. Putri kembali menuju Istana kerajaan. Dia pun mengumpulkan para pangeran. “ Apakah kami akan mendapatkan jawabannya tuan putri ? “ “ Oh… Memang sungguh sangat cantik, pantaslah menjadi permaisuriku.
“ “ Ehhhh sang putri pasti memilihku !” “ Kami sudah tak sabar mendengar jawaban darimu putri !” Putri Mandalika hanya tersenyum manis. “ Baiklah para pangeran, terima kasih telah bersedia hadir di tempat ini. Saya hanya ingin memberitahukan bahwa besok pagi-pagi sekali datanglah ke tebing Pantai Seger. Aku akan memberikan jawaban pada kalian disana. “ Semua pangeran tidak paham maksud dari sang putri.
Akan tetapi mereka dengan kompak mengiyakan keinginan sang Putri itu. Hari yang di tunggu telah tiba, kabar ini juga telah tersebar di kalangan rakyat kerajaan Sekar Kuning, kawasan Pantai Seger telah dipadati penduduk yang penasaran dengan jawaban Putri Mandalika. Sang putri pun tiba dengan didampingi kedua orang tuanya. Dia terlihat mempesona dalam balutan busana sutra warna warni yang dia kenakan. Rambutnya panjang teruai di bawah mahkota, matanya nampak tegas namun teduh.
Setelah melihat para pangeran, Putri Mandalika berjalan sendirian. Menuju ke tebing tempatnya bersemedi. Ini membuatnya terlihat di antara kerumunan orang. “ Para pengeran, dengar baik-baik apa yang akan aku katakan, karena aku tak akan mengulanginya. Aku tak ingin adanya pertumpahan darah dan negeri-negeri di Lombok saling berperang. Aku hanya ingin rakyat negeri kita ini hidup makmur, aman dan tentram. Sunguh aku tak sanggup melihat peperangan dan permusuhan. Kalian para pangeran tentu akan tetap bisa hidup enak.
Tetapi, ingatlah nasib rakyat kalian. Rakyatlah yang selalu menjadi korban dan menderita akibat perang. Karena itulah, aku memutuskan untuk menerima lamaran kalian semua. Itulah keputusanku, dan keputusan ini untuk menghindari rakyat tak berdosa dari kejamnya perang. Ibu…. Ayah….. Terima kasih telah membesarkanku dengan kasih sayang, aku merasa belum cukup berbakti untuk membalas kebaikan kalian berdua. Tetapi takdir sudah menentukan.
Demi kebaikan kita semua. Nanti akan muncul Nyale berwarna warni di pantai ini. Biarkan rakyat mengambilnya. Mereka bisa memasaknya atau menaburkannya di sawah dan ladang mereka. Selamat tinggal ibu, ayah. “ Semua yang hadir belum paham dengan perkataan sang Putri, Tiba-tiba Putri Mandalika menghadap ke Samudra. Dia kemudian terjun kelaut. “ Mandalika….. “ “ Putriku… “ “ Hah… Putri Mandalika !“ “ Tuan putri…! “ Ombak besar pun datang menyambut dan menelan tubuhnya. Melihat putri kesayangannya jatuh ke laut, raja segera menceburkan diri ke air. Di ikuti oleh para pangeran dan seluruh rakyat yang berkumpul di pantai Seger. “ Selamatkan putriku, cari sampai ketemu. “ “Putri kamu dimana !“ Semua orang berusaha menyelamatkan sang Putri.
Namun tak ada satupun yang menemukan, Putri Mandalika telah memutuskan melebur bersama lautan. Saat semua orang kelelahan mencari Sang Putri, tiba-tiba dari arah laut muncul hewan mirip cacing berwarna warni yang jumlahnya ribuan. Cacing-cacing itu memiliki warna yang sama dengan kain yang dikenakan Putri Mandalika. Hingga banyak orang yang terkecoh dan menangkapnya.
Raja dan Ratu akhirnya menyadari jika Cacing-Cacing berwarna indah itu adalah jelmaan putrinya yang telah berkorban demi rakyat. Raja memerintahkan rakyat untuk mengumpulkan cacing-cacing itu dan membawanya pulang. Sebagian mereka masak dan sebagian lagi di taburkan ke sawah ataupun ladang, agar tanaman tumbuh subur. Seperti keinginan Putri Mandalika.
Sedangkan para Pangeran pulang tanpa membawa permaisuri. Namun mereka menjadi pemimpin yang menghargai, menghormati, dan rela berkorban demi rakyatnya, seperti yang dilakukan Sang Putri. Dan setiap tahunnya tepat hari ke 20 bulan ke 10 penanggalan suku Sasak di adakan upacara “Bau Nyale” untuk menghormati Putri Mandalika yang baik dan bijak.