Asal Usul Buleleng Dan Singaraja | Cerita Rakyat Bali
BREBES.NET – Asal Usul Buleleng Dan Singaraja Pada zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan di klungkung bali yang dipimpin oleh seorang raja bernama Sri Bagening. Raja itu memiliki banyak istri, namun karena suatu kejadian Sri Bagening harus menikahi Ni Luh Pasek. Seorang pelayan di istananya. Sri Bagening sadar bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk menjadi suami Ni Luh Pasek. Karena Ni Luh Pasek masih sangat muda dan cantik membuat istri- istri Sri Bagening yang lainnya cemburu. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan di dalam istana, Sri Bagening memberikan perintah pada patihnya Arya Jelantik. “ Paman. Jasamu begitu besar.
Kau juga sangat setia padaku dan kerajaan ini, maka ku berikan istri termudaku Ni Luh Pasek untuk menjadi istrimu. ” “ Terima kasih atas kebaikannya, baginda. “ “ Akan tetapi satu hal, jangan pernah kau sentuh dia sebelum melahirkan bayinya. “ “ Baik, hamba akan menuruti titah baginda raja.
“ Beberapa hari kemudian sang raja menemui Ni Luh Pasek. “ Luhh… kamu tahu, aku terlalu tua untukmu. Aku takut mungkin ajalku akan segera tiba.” “ Ohhh tidak…. Tidak… Yang mulia janganlah berkata seperti itu, baginda masih sehat…” “ Maafkan aku, mulai sekarang ikutlah dengan patih Arya Jelantik. Aku yakin kau akan bahagia bersamanya. “ “ Hamba akan melaksanakan apapun perintah baginda, terima kasih atas semua kebaikan yang telah saya terima selama ini, baginda.
“ Kemudian mereka pun menikah. Hingga akhirnya Ni Luh Pasek melahirkan seorang anak laki-laki dari Sri Bagening. Ubun-ubun anak itu berwarna merah dan bercahaya, sebagai pertanda kelak akan memiliki kekuatan serta kemasyuran. Anak itu diberi nama I Gede Pasekan atau Gusti Barak Panji. Sejak kecil I Gede Pasekan sudah diajari ilmu kanuragan oleh Arya Jelantik. Dia termasuk anak yang pintar dan cekatan.
Semua hal yang diajarkan cepat dikuasainya. Berjalannya waktu, I Gede Pasekan kini tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat dan tampan dengan banyak keahlian serta ilmu supranatural. Selain itu I Gede Pasekan juga terkenal dengan sifatnya yang baik dan sopan sehingga banyak warga yang menyukainya. Melihat pengaruh Pasekan dikalangan rakyat, raja Sri Bagening mulai khawatir.
“ Paman Patih, sebenarnya aku sangat bahagia mempunyai anak laki-laki seperti I Gede Pasekan. Akan tetapi pengaruhnya membuatku khawatir. Aku tak ingin kewibawaanku pudar olehnya, jadi bagaimana cara agar dia pergi dari sini ? “ ” Ampun baginda, bagaimana jika baginda titahkan I Gede Pasekan untuk pulang ke desa asal ibunya. Desa Panji di Bumi Den Bukit untuk meningkatkan ilmu kanuragannya. “ “ Ide sangat yang sangat bagus.
Terima kasih paman patih. “ Sri Bagening pun segera memanggil I Gede Pasekan untuk menghadap. “ Pasekan, sekarang kau telah dewasa, karena itu pergilah ke desa Panji Den Bukit. Kampung halaman ibumu !” “Ayah, mengapa aku harus meninggalkan tempat ini? “ “ Karena disana kau bisa lebih memperdalam ilmu kanuragan dan kebatinan. Jika kau tetap disini, hanya segitu saja ilmu yang engkau dapatkan. “ ” Baik Ayah, saya laksanakan !” Raja Sri Bagening menganugrahi 2 pusaka yaitu keris Kitarsemang dan tombak Ki Tunjungtutur kepada I Gede Pasekan. Kedua benda tersebut adalah pusaka sakti milik Sri Bagening. Berangkatlah I Gede Pasekan di temani Ni Luh Pasek beserta 40 orang pengawal, menuju desa tersebut.
Hingga sampailah mereka di Batumenyan, daerah Den Bukit. I Gede Pasekan memutuskan untuk beristirahat di tempat itu sembari makan bekal berupa ketupat. Ketika semua orang sedang menikmati ketupat, terjadi keributan di antara pasukan yang mengawal Pasekan. Para pengawal tiba-tiba tersedak ketupat yang mereka makan. Tolong-tolong…! Saya butuh air…!” “ Cepat ambilkan air. “ Saya butuh air…!” ” Kami sudah mencari air namun tidak ada sama sekali ! Apa yang harus kita lakukan ?” Ditempat itu sama sekali tidak ada air. Perbekalan air yang mereka bawapun telah habis. Kondisi para pengawal semakin kacau.
Pasekan pun mencoba menolong mereka. Diambil keris Kitarsemang, lalu ditancapkannya ke tanah. Saat keris itu dicabut, seketika air menyembur keluar. Semakin lama semburan itu semakin deras. I Gede Pasekan segera menyuruh mereka untuk meminum air itu. Setelah para pengawal meminum air, mereka yang tersedak pulih kembali. Ajaibnya semburan air itu terus keluar tanpa henti. Setelah kejadian itu, I Gede Pasekan dan pengawalnya membuat pura disekitar pusaran air. Pura itu kemudian diberi nama Pura Tirta Ketipat atau Pura Yeh Ketipat. Kemudian merekapun melanjutkan perjalanan.
Hingga saat senja tiba mereka sampai di puncak bukit yang mengitari danau Buyan dan memutuskan untuk beristirahat di tempat itu. Saat I Gede Pasekan dan rombongan sedang tertidur lelap, sepasang mata menyala sedang mengawasinya. Pasekan pun terbangun, dia terkejut karena sudah berada di atas pundak raksasa. Meski heran melihat raksasa itu, tak ada sedikitpun rasa takut hinggap di hatinya. “ Siapakah engkau ? Kenapa membawaku ? “ Raksasa itu hanya diam, tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Dia terus berjalan menuju ke tempat yang lebih tinggi.
Raksasa itu membawa I Gede Pasekan hingga ke puncak bukit. “ Ha ha ha……. Aku adalah Panji Landung. Lihatlah sekelilingmu tuan ! Apa yang kau lihat ?” “ Aku hanya melihat bukit, pegunungan Tianyar, lautan dan pegunungan Tengger. Tapi untuk apa aku melihat itu semua ? Apa tujuanmu membawaku kesini ? “ “ Ha ha ha……. Kelak tuan akan menjadi seorang raja yang besar.
Dan semua yang tuan lihat, nantinya akan menjadi wilayah kekuasaan tuan. “ Raksasa Panji Landung mengantar I Gede Pasekan kembali ketempat dia beristirahat. Ni Luh Pasek dan seluruh pengawal yang sebelumnya mencari keberadaan I Gede Pasekan seketika terkejut melihat orang yang mereka cari berada di pundak raksasa. “ Tolong….Tolong tuan…. Kembalikan putraku ! Jangan sakiti dia ! ” “ Tenang Bu, jangan khawatir. Saya baik-baik saja. Raksasa ini hanya ingin menyapaku !” Kemudian raksasa Panji Landung menghilang meninggalkan mereka. Perjalananpun kembali dilanjutkan. I Gede Pasekan terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Panji Landung. Hingga akhirnya dia sampai di Desa Panji tempat kelahiran ibunya.
Beberapa hari kemudian, I Gede Pasekan pergi ke pantai Penimbangan sambil mencari sesuatu. Dia teringat salah satu pesan dari raksasa Panji Landung . “ Pergilah ke pantai Penimbangan, akan ada orang- orang yang memerlukan bantuanmu. Bantulah mereka. “ Setelah berjalan menyusuri pantai, nampak dari kejauhan sebuah kapal besar yang kandas diantara bebatuan karang. I Gede Pasekan terheran-heran melihat kemegahan kapal tersebut. Tak jauh dari sana terlihat sebuah sekoci menuju ke arahnya.
“ Tuan, bisakah tuan membantu saya ?” “ Siapakah tuan ? Dan bantuan apa yang bisa ku berikan ?” “ Aku Mpu Awang, kapalku kandas diantara bebatuan karang, dan masih banyak awak kapal yang terjebak disana !” “ Oh… Ternyata tuan pemilik kapal itu, sungguh malang nasib tuan. “ “ Benar tuan, aku sudah mencoba mencari pertolongan kesana kemari akan tetapi tak ada seorangpun yang mampu menolong ku. Jika tuan bisa membantuku, maka semua harta di kapal itu akan ku berikan kepadamu.” “ Baiklah… Aku akan mencobanya tuan.
“ Kemudian I Gede Pasekan duduk bersila, dengan tekun dia merapalkan mantra. Ajaib keris Kitarsemang, terbang menuju kapal Mpu Awang. Tak berapa lama angin kencang berhembus dan membawa ombak besar bergulung-gulung ke arah kapal. Sedikit demi sedikit ombak itu berhasil membebaskan kapal yang kandas. Setelah kapal tersebut terbebas, Mpu Awang menepati janjinya, semua harta yang ada di kapal tersebut diberikan kepada I Gede Pasekan. Sejak saat itu I Gede Pasekan menjadi kaya raya dan terkenal.
Lama kelamaan banyak orang yang menjadi pengikutnya, hingga dia pun diangkat menjadi seorang raja yang bergelar Ki Barak Panji Sakti atau Ki Barak Gusti Ngurah Panji. Seiring berjalannya waktu, wilayah Ki Barak Panji Sakti semakin luas. Dia kemudian membangun sebuah istana megah di tengah hutan yang ditumbuhi banyak pohon Buleleng. wilayah kekuasaan Ki Barak Panji Sakti itu bernama Kerajaan Buleleng.
Sedangkan istana megah yang dibangun, diberi nama Istana Singaraja. Yang berarti tempat persinggahan raja atau kerjaan yang dipimpin oleh seorang raja perkasa laksana singa.