Legenda Sang Penunggu Bulan | Cerita Rakyat Jawa Barat
BREBES.NET – Legenda Sang Penunggu Bulan Dahulu kala di Jawa Barat ada sebuah erajaan bernama Pakuan. Kerajaan itu memiliki tanah subur serta pemandangan yang indah memanjakan mata. Rakyatnya hidup damai dibawah pimpinan raja arif nan bijaksana. Di dalam istana hiduplah dua gadis remaja yang sama-sama memiliki paras jelita dan selalu rukun. Mereka adalah Endahwarni dan Anteh. Putri Endahwarni adalah pewaris sah kerajaan Pakuan. Sedangkan Anteh hanyalah anak dari seorang dayang kesayangan sang Ratu. Ibu Anteh meninggal saat melahirkannya, maka sejak saat itu Anteh dibesarkan oleh sang Ratu yang juga baru saja melahirkan Putri Endahwarni.
Kini setelah Anteh menginjak remaja, dia diangkat menjadi dayang pribadi Putri Endahwarni. “ Kau jangan memanggilku gusti putri kalau sedang berdua saja. Buatku, kau tetap adikku ! tak peduli statusmu hanya dayang istana. Ingat sejak bayi kita dibesarkan bersama. Sampai kapanpun kita tetap akan bersaudara.
Awas ya kalau sampai lupa lagi, Kau akan ku hukum..!” “ Baik gusti …. Ehh,,,Kakak…” “ Hmm… Anteh, sebenarnya aku iri padamu ! “ Ah, iri kenapa kak ? Saya tak punya sesuatu yang bisa membuat orang lain iri.” “ Apa kau tak sadar kalau kau lebih cantik dariku ? Jika kau ini seorang putri, pasti sudah banyak pangeran yang ingin meminangmu.” “
Ahhh kaka bisa saja ! Mana bisa wajah jelek seperti ini dibilang cantik. Yang cantik itu kakak, waktu pangeran dari kerajaan seberang datang dia sangat terpesona melihat kakak, iya kan kak ?” “ Itu karena kau memilihkan baju yang cocok untukku, kamu buat dimana baju itu ?” ” Itu saya sendiri yang menjahitnya kak !” “ Benarkah? Tak kusangka kau begitu pandai menjahit. Kalau begitu, nanti buatkan lagi ya ! Mungkin untuk pernikahanku kelak. “ “ Aduhh tak berani saya membuat baju untuk pernikahan kakak ! Kalau jelek saya pasti akan kena hukuman dan dimarahi rakyat !” “ Tenang saja, baju pesta kemarin bagus sekali.
Jadi, baju pengantin pun pasti bisa !” Suatu malam ratu memanggil keduanya untuk menghadap. “ Putriku, kelak kau akan menggantikan ayahmu untuk memimpin kerajaan ini, sesuai ketentuan, kau harus memiliki pendamping hidup sebelum di angkat menjadi ratu .” “Maksud ibu aku harus menikah ?” “ Iya nak, aku dan ayahmu telah berunding dan sepakat untuk menjodohkanmu dengan Anantakusuma, anak adipati dari kadipaten Wetan. Dia adalah pemuda yang baik dan tampan, engkau pasti akan bahagia jika bersamanya.” “ Baiklah ibu ratu.
Jika memang harus menikah, aku akan menerimanya. ” “ Dan untukmu Anteh, tugasmu adalah menjaga dan menyediakan keperluan kakakmu. Supaya tak terjadi apa-apa dengannya menjelang pernikahan !” “ Baik gusti ratu ! “ Kedua putri cantik itu pun beranjak meninggalkan kamar baginda ratu. Namun sang Putri Endahwarni meminta Anteh untuk menemani di kamarnya. Sang putri takut soal perjodohannya dengan Anantakusuma. Orang asing yang sebelumnya tak pernah dikenal olehnya dengan tiba-tiba menjadi suami dan akan hidup bersama selamanya.
Sang Putri takut jika orang itu tak mencintainya sepenuh hati. Anteh pun mencoba menenangkan dan meyakinkan sang kakak. “ Tak baik, berprasangka buruk seperti itu kak ! Sebab ayah dan ibu ratu tentu tak sembarangan memilih calon untuk kakak. Pasti orang itu bertanggung jawab dan dapat membahagiakanmu seumur hidup. “ “ Entahlah Anteh, aku merasa banyak sekali kegundahan di hatiku saat ini dan….” “
Sudahlah kak, sekarang kakak hanya perlu menenangkan diri dan berdoa saja. Semoga apa yang kakak akan jalani berjalan dengan baik dan lancar.” Suatu pagi yang cerah, didepan istana terdapat taman bunga yang begitu indah. Anteh sedang asik memetik bunga. Dia senang menyaksikan bunga-bunga bermekaran sambil bersenandung. Dia terlihat begitu bahagia. Sementara di luar tembok istana, seorang pemuda tampan sedang berjalan-jalan dengan santainya. Tatkala terdengar suara seorang perempuan bernyanyi merdu sekali, dia pun penasaran dan mencari asal suara tersebut. ” Dari balik tembok istana pakuan ternyata !” Pemuda itu adalah Anantakusuma. Orang yang akan dijodohkan dengan Putri Endahwarni.
Dia memiliki ilmu silat yang sangat sakti. Tembok istana yang tinggi dengan mudahnya dia lompati. Pemuda itu bersembunyi dibalik semak-semak di sekitar taman. Nampaklah olehnya seorang gadis yang sangat cantik. Anantakusuma merasakan dadanya bergetar. “ Alangkah cantiknya dia, Apakah dia putri Endahwarni calon istriku ? “ Anantakusuma memberanikan diri keluar dari persembunyiannya. Anteh terkejut tiba-tiba dihadapannya muncul orang asing. “ Siapa tuan ? “ “ Aku Anantakusuma, apakah kamu…..!” “ Anteh…! Cepat…! Putri memanggilmu !” “ Ya…… aku akan menemuinya. Maaf tuan aku harus pergi.” “ Ternyata dia bukan Endahwarni. Aku telah jatuh cinta padanya. Seandainya aku boleh memilih, tentu saja aku akan memilihnya untuk menjadi istriku.”
Tiba waktunya Adipati Wetan datang bersama anaknya, Anantakusuma untuk melamar Putri Endahwarni. Raja dan Ratu pakuan menjamu tamunya dengan sukacita. Begitu pun dengan sang putri yang tahu calon suaminya adalah seorang pemuda yang gagah dan tampan, putri Endahwarni pun jatuh hati. Akan tetapi lain halnya dengan Anantakusuma yang terlihat tak begitu bersemangat.
Dia kecewa karena ternyata bukan gadis pujaan yang dia temui di taman bunga beberapa waktu lalu. Tibalah saat perjamuan, Anteh dan beberapa dayang istana lainya masuk ke ruangan dengan membawa nampan-nampan berisi makanan. “ Silahkan mencicipi makanan istimewa ini !” Kehadiran Anteh membuat hati Anantakusuma menjadi senang sekali, sorot matanya tak mau lepas memandangi sosok Anteh yang saat itu sibuk mengatur hidangan. Hal itu tak luput dari perhatian putri Endahwarni. Dia begitu cemburu melihat pemuda yang akan menjadi suaminya itu tergila-gila kepada wanita lain selain dirinya.
Timbul dendam di hati Putri Endahwarni, dia begitu kecewa dan sakit hati. Dia merasa kehadiran Antehlah yang membuat calon suaminya tak melirik dirinya. Setelah perjamuan selesai dan semua tamu pelamar pulang. Anteh menemui Sang Putri dikamarnya. “ Bagaimana kak ? Kakak senang kan sudah melihat calon suami kakak ? Wahhh ternyata dia sangat tampan dan gagah ya ? “ Mendengar hal itu Putri Endahwarni semakin panas hatinya. Karena teringat kembali bagaimana Anantakusuma memandang Anteh dengan sorot mata begitu mesra penuh dengan cinta kasih sayang. “ Anteh…… mulai sekarang kau tak usah melayaniku lagi.
Aku muak melihatmu !” “ Ha….. Apa kesalahanku kak ? Mengapa kakak begitu marah kepadaku ? “ “ Aku tak mau kau dekat-dekat denganku lagi. Aku tak mau kau ada di istana ini. Pergilah saat ini juga !” “ Tapi, kenapa kak ? Setidaknya katakanlah apa kesalahanku, sampai kakak menyuruhku keluar dari istana ? “ “ Kau tahu Anteh, mengapa Raden Anantakusuma selalu memandangmu saat perjamuan makan tadi ? Dia terpikat oleh kecantikanmu Anteh ! Dia melihat kau lebih cantik dariku ! Kau telah menghianatiku, kau harus pergi dari sini ! Agar Anantakusuma bisa melupakanmu. “ ” Baiklah kak, aku akan pergi dari sini.
Tapi kak sungguh tak pernah ada niatan sedikitpun untuk menghianatimu kak. Sampaikan salamku untuk Raja dan Ratu. Dan juga maafku yang sebesar-besarnya karena selama ini aku telah merepotkannya.” Anteh pun keluar dari kamar putri Endahwarni dan menuju kamarnya untuk mengemasi barang-barangnya. Rasa sayang Anteh kepada Sang Putri tak pernah pudar. Bahkan sebelum kepergiannya, dia berpesan kepada dayang istana untuk menjaga Putri Endahwarni dengan sebaik-baiknya. Saat itu juga Anteh keluar istana tanpa tahu arah dan tujuan. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke kampung halaman kelahiran sang Ibunda. Dengan langkah kaki yang mantab Anteh memulai perjalanan.
Ketika hari sudah hampir malam, Anteh tiba di kampung tersebut. Dia pun lalu beristirahat duduk di rumah tua, sambil merenung memikirkan apa yang harus dilakukan. Tiba-tiba seorang lelaki tua menegurnya. “ Apakah engkau bukan orang sini nak, sebab aku baru melihatmu ?” “ Betul pak, saya baru sampai dari kota.” “ Lantas apa tujuanmu hingga sampai di tempat ini ?” “ Saya kemari untuk mencari kampung ibuku yang letaknya di daerah sini. Akan tetapi saya tak mengetahui dimana rumahnya dan apakah ada saudara yang masih hidup saat ini.”
Pandangan bapak itu tak lepas dari wajah Anteh. Hal ini membuat Anteh ketakutan. Terlebih hanya mereka berdua saja di tempat itu. “ Tak usah takut nak ! Aku melihatmu seperti mengingatkanku pada kakakku yang telah lama meninggalkan dunia ini. Dia bernama Nyai Dadap. “ “ Nyai Dadap, apakah dia seorang dayang di istana Pakuan ?” “ Iya nak dan dia mempunyai anak perempuan yang mungkin sekarang seumuran denganmu.
Apakah mungkin kau……” “Betul paman, aku adalah anak Nyai Dadap.” ” Kalau begitu kau adalah keponakanku. Aku adalah pamanmu, Waru. Adik ibumu. ” “ Benarkah paman? Akhirnya aku bertemu dengan keluarga ibuku.” “ Sedang apa kau disini ? Bukankah kau juga seorang dayang ? “ “ Ceritanya panjang paman. Tapi izinkan saya tinggal di rumah paman. Karena saya tak tahu harus kemana. “ Sejak saat itu Anteh tinggal di rumah pamannya. Untuk mengisi hari-harinya Anteh menerima pekerjaan menjahit pakaian dari warga sekitarnya. Memang hasil jahitan dari tangan terampil Anteh sangatlah bagus.
Orang-orang dari luar kampung pun menjahitkan baju mereka kepada Anteh. Sejak saat itu kehidupannya meningkat drastis. Kini hidupnya serba berkecukupan. Bertahun tahun telah berlalu, Anteh telah bersuami dan memiliki 2 anak. Hingga suatu hari, tiba-tiba didepan rumahnya berhenti sebuah kereta kencana yang diikuti banyak pengawal berkuda. “Kakak !!” Dia adalah Putri Endahwarni, Sang Putri turun dari kereta dan menangis sambil memeluk Anteh. “ Sudah lama aku mencarimu Anteh ! Kemana saja kau selama ini ?
Kenapa tak sekalipun kau menghubungiku ? Maafkan aku Anteh, waktu itu aku mengusirmu padahal kau tak bersalah maafkan aku Anteh ! “ “ Gusti putri. Jangan begitu, seharusnya aku yang meminta maaf karena membuatmu gusar ! ” “ Tidak, akulah yang bersalah. Untuk itu kau harus ikut denganku kembali ke istana .” “ Tapi aku sekarang punya suami dan anak. Aku juga bekerja sebagai penjahit, jika aku pergi bagaimana nasib mereka ? “ Suami dan anak-anakmu tentu saja harus kau bawa juga ke istana. Soal pekerjaanmu, kau akan kuangkat sebagai penjahit istana. Kau tak boleh menolaknya Anteh.” Akhirnya Anteh dan keluarganya pindah ke istana, dan menetap disana. Namun Anteh merasa tak nyaman, setiap bertemu dengan Pangeran Anantakusuma.
Ternyata Pangeran Anantakusuma tak pernah melupakan gadis impiannya itu. Kembalinya Anteh telah membuat cintanya yang terkubur bangkit kembali. Mulanya pangeran Anantakusuma mencoba bertahan dengan tidak memperdulikan kehadiran Anteh. Namun semakin lama cintanya semakin menggelora. Hingga suatu malam pangeran Anantakusuma nekat pergi ke taman istana. Berharap bisa bertemu dengan Anteh. Benar saja dilihatnya Anteh sedang berada di beranda rumahnya.
Sedang bermain dengan Candramawat, kucing kesayangannya sambil menikmati indahnya purnama. Anantakusuma mendekatinya perlahan-lahan. “ Anteh……” ” Pangeran ? Kenapa pangeran kemari ? Bagaimana kalau ada yang melihat ? ” “ Aku tak peduli ! Yang penting aku bersamamu. Anteh tahukah kamu ? Aku sangat mencintaimu sejak kita bertemu di taman. Hingga hari ini aku masih tetap mencintaimu. “ Pangeran, kau tak boleh berkata seperti itu ! Kau adalah suami putri Endahwarni, kakak yang sangat aku sayangi. Jika kau menyakitinya sama saja dengan menyakitiku. “ “
Aku tak bisa ! Aku tak bisa melupakanmu ! Kau harus menjadi milikku Anteh, Kemarilah biarkan aku memelukmu !” “ Sadarlah pangeran, Kau tak boleh mengkhianati gusti putri !” Anteh yang ketakutan berusaha melarikan diri. namun Anantakusuma tetap mengejarnya. “Anteh… Tunggu… ? Tunggu aku anteh ? Jangan lari ?” ” Aku sangat mencintaimu Anteh ! ” “ Ohh tuhan, tolonglah hambamu ini.
Berilah hambamu kekuatan untuk bisa lepas dari pangeran Anantakusuma ! Hamba tahu dia sangat sakti, karena itu tolonglah hamba ! Jangan biarkan dia menyakiti hamba dan kakak hamba !” ” Anteh…! ” ” Aku sangat mencintaimu Anteh ! ” ” Aku tak bisa melupakanmu ” ” Kau harus menjadi milikku anteh ” ” Kemarilah biarkan aku memelukmu” ” Kau harus menjadi milikku anteh ” Tiba-tiba ada kekuatan besar yang menarik Anteh dan kucingnya ke atas. Di lihatnya sinar bulan menyelimutinya dan menariknya.
Anantakusuma hanya bisa menyaksikan kepergian Anteh yang semakin lama semakin tinggi. ” Anteh…! ” ” Anteh…! ” Akhirnya Anteh hilang bersama sinar bulan yang tertutup awan. Sejak saat itu Anteh tinggal di bulan. Dan hanya ditemani kucing kesayangannya, Dia tak pernah kembali ke bumi karena takut pangeran Anantakusuma akan mengejarnya.
Jika rindunya pada keluarga sudah tak tertahan. Dia akan menenun kain untuk di jadikan tangga. Tapi sayang tenunannya tak pernah selesai karena kucingnya selalu merusaknya.